POLINES, Dimensi (28/8)
- Latihan Dasar Kedisiplinan merupakan salah satu kegiatan awal yang wajib diikuti oleh mahasiswa baru
(maba). Tak terkecuali para maba yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti
penyakit jantung dan radang paru-paru.
Kegiatan yang baru ber-langsung satu hari ini
dirasa memberatkan bagi maba yang sedang sakit atau mempunyai riwayat penyakit
kronis seperti penyakit jantung dan radang paru-paru. Karena kegiatan ini
banyak menguras tenaga seperti berlarian, berguling, dan me-rangkak. Mereka pun
terpaksa tidak melaksanakan anjuran dari dokter.
“Sebenarnya dokter menya-rankan untuk tidak
mengikuti kegiatan seperti ini, karena banyak menguras tenaga. Orang tua juga
tidak mengijinkan karena khawatir kalau penyakit saya kambuh lagi. Tapi mau
bagaimana lagi, kalau saya tidak ikut saya harus mengulang tahun depan,” tutur
salah satu maba yang mengidap penyakit jantung. Tidak jauh berbeda dari
penuturan maba tersebut, salah seorang maba lainnya menuturkan hal yang sama.
Maba yang mengidap penyakit radang paru-paru ini menjelaskan bahwa sebenarnya
dokter tidak memperbolehkan untuk mengikuti kegiatan tersebut, namun karena
ingin mendapatkan sertifikat de-ngan berat hati ia menjalaninya. Meskipun sudah
meminta izin dan menjelaskan tentang penyakit yang diidapnya terhadap pihak
Resimen Mahasiswa, namun Menwa hanya mendata saja. “Dengan kondisi saya seperti
ini sebenarnya saya hanya ingin ikut satu hari, namun dari informasi yang saya
dapat, jika ingin mendapatkan sertifikat harus mengikuti LDK selama tiga hari,”
jelasnya.
Di tempat yang berbeda, Komandan Resimen
Mahasiswa Pratia Nurdiansyah mengatakan bahwa untuk maba yang sakit kronis
boleh mengikuti LDK minimal dua hari. “Untuk maba yang sakit parah seperti
radang paru-paru, mereka yang penting masuk lalu absen. Kalau tidak ikut
kegiatan tidak apa-apa yang penting
mereka sudah ada niat untuk mengikuti LDK. Dari pihak KSR juga sudah
me-nyediakan Rumah Sakit untuk tempat istirahat mereka,” tutur-nya.
Menurut Bambang, salah satu tim medis dari
satuan Ben-teng Raider, pihaknya sudah me-merintahkan para Komandan Pleton
(Danton) untuk menge-cek maba yang sakit agar diberi pita merah dan
disendirikan serta memantaunya di setiap kegiatan. Apabila ada kegiatan fisik
mere-ka harus keluar dari barisan. Meski mereka diberi perhatian lebih selama
mengikuti kegiatan ini, mereka tetap merasa kerepotan dalam menjalankan-nya.
“Walaupun saya sering isti-rahat tapi badan saya tetap me-rasa capek dan pusing
kalau ter-lalu lama di bawah panas mata-hari,” kata salah satu mahasiswa.
Pihak Korps Sukarela sendiri hanya bisa
membantu menye-diakan obat-obatan untuk penya-kit ringan saja seperti pusing,
mual dan demam. Untuk penyakit kronis biasanya maba sudah membawa obat
sendiri. Selain itu mereka juga
menyediakan 'Ru-mah Sakit' di Gedung Admi-nistrasi Niaga sebagai tempat
ber-istirahat maba yang sakit parah. [irm,pu3]
0 komentar:
Posting Komentar