This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 18 Juli 2012

The Amazing Spider Man




Dimulai dengan masa kecil Peter Parker, film besutan sutradara Mark Webb ini turut menceritakan tentang orangtua Peter Parker yang tak terdapat dalam film Spider Man sebelumnya. Meski sama-sama mengusung tokoh Spider Man, jalan ceritanya sangat berbeda, ditambah pemeran-pemeran yang berbeda pula.

Dalam film ini, Peter Parker (diperankan oleh Andrew Garfield) adalah seorang siswa di Midtown Senior Highschool yang tinggal bersama paman dan bibinya, Paman Ben (Martin Sheen) dan Bibi May (Shally Field). Karakter Peter dalam film ini lebih “muda” dan tidak cupu. Lebih kekanakan dan jauh sekali dari karakter Peter Parker dalam ketiga film Spider Man sebelumnya. Jadi tak bisa dibilang film ini merupakan Spider Man 4, karena bukan merupakan lanjutan dari ketiga film sebelumnya.

Ketika ia menemukan tas tua milik ayahnya yang berisi sebuah dokumen riset, ia begitu tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut. Jadilah ia mengunjungi Laboratorium Oscorp dan bertemu dengan Dr. Connors yang dulunya merupakan partner kerja ayahnya. Dalam sebuah laboratorium rahasia di Oscorp ia menemukan laba-laba hasil rekayasa genetika yang kemudian menggigitnya.

Jangan berharap melihat si cantik Mary Jane dalam film ini. Cinta pertama Peter justru dirasakan dengan Gwen Stacy (Emma Stone) yang merupakan teman satu kelasnya. Dalam film ini karakter Gwen juga sangat berbeda dengan karakternya pada film Spider Man 3. Gwen disini merupakan perempuan tangguh yang banyak membantu Peter dalam menjalankan tugasnya sebagai pahlawan.

Konflik dalam film yang diangkat berdasar komik karya Stan Lee dan Steve Ditko ini lebih sederhana. Dengan satu musuh saja, yakni The Lizard yang merupakan jelmaan dari Dr. Connors, pertarungan terasa begitu mudah. Apalagi Peter juga dibantu Gwen dan pihak kepolisian. Meski akhirnya mengorbankan kepala kepolisian yang merupakan ayah Gwen.

Film yang diproduseri Laura Ziskin, Avi Arad dan Matt Tolmach ini berdurasi 120 menit alias dua jam. Meski berbeda, film ini masih menjadi favorit bagi pecinta Spider Man, terbukti film ini sempat menduduki posisi Box Office. Tak heran karena visual effect yang ditampilkan semakin amazing. Ditambah efek 3D yang membuat film ini semakin memukau. [bell]

Cerita di Balik Dapur Tempo, Kecap Dapur 40 Tahun dan 15 Tahun Tempo



Judul : Cerita di Balik Dapur Tempo
Penulis : Tim Kecap Dapur 40 Tahun Tempo dan Tim Kecap Dapur 15 Tahun Tempo
No. ISBN : ISBN-13: 978-979-91-0402-1
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (Jakarta)
Tahun Terbit : 201
Jumlah halaman: xviii+333 hlm

Lembar-lembar sejarah Indonesia sejak masa pasca kemerdekaan tak bisa terlepas dari nama besar media ini. Ya, sejak berdirinya pada tahun 1971, Tempo tak pernah berpindah alur dalam mengiringi setiap peristiwa penting dalam kronik sejarah kita, bahkan hingga kini. Meski sempat dimatikan suri oleh Soeharto, kebangkitannya mampu membawa angin kebebasan pers yang lebih segar dan berani – berani berbeda, berani melawan arus, bahkan berani pertaruhkan nyawa!

Mungkin mudah sekali untuk melahirkan sebuah media yang keras dan tegas semacam Tempo. Yang sulit adalah mengasuhnya, mendidik dan membesarkannya hingga seperti sekarang ini. Menciptakan bisa menjadi lebih mudah ketimbang menjaganya agar kontinyu. Dan selama 40 tahun, Tempo telah membuktikan kokohnya tiang konsistensi mereka. Tentunya tak mudah. Apa rahasianya? Dalam buku ini, para penulis membuka lebar-lebar pintu dapur mereka untuk khalayak. Siapapun bisa memasukinya, menjelajah tiap sudut rak bumbu dan bahan dapur yang selama ini mampu menyajikan sebuah majalah yang memiliki cita rasa khas dan tak surut pelanggan. Juga proses dan berbagai cerita mereka tentang bagaimana menjaga agar asap dapur tetap mengepul di tengah berbagai krisis.

Buku ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama (bisa juga anda sebut bagian kedua) merupakan edisi 40 tahun (1971-2011), yakni masa sejak berdirinya Tempo hingga kini, disertakan saat Tempo mati suri karena pembredelan. Pengisinya merupakan generasi baru, dengan model penulisan layaknya laporan reportase biasa. Mereka menggali informasi-informasi dari para generasi pendiri, meski jarak mereka sangat lebar.
Sedang bagian kedua (bisa juga anda sebut bagian pertama) atau edisi kecap dapur, mengupas tentang masa 15 tahun (1971-1986) Tempo berdiri. Edisi kali ini ditulis langsung oleh si pelaku sejarah, yakni generasi pendiri Tempo. Kepenulisannya pun lebih menggunakan sudut pandang pertama, seolah kita memang sedang didongengi oleh kakek kita tentang sejarah perjuangan mereka. Namun bukan memuji diri ataupun membanggakan prestasi, penuturan-penuturan mereka lebih seperti berbagi cerita dan pengalaman. Baik itu pengalaman menyenangkan, pahit, hambar, bahkan jenaka.

Ditulis secara runtut berdasar kronik sejarah, buku ini membawa pembaca menelusuri kantor pertama Tempo di Jalan Senen Raya hingga sekarang ini berkantor di Jalan Proklamasi. Pembaca juga diajak merasakan pengalaman wartawan atau koresponden Tempo dalam peliputan yang ekstrim.Begitu detail dan runtutnya, sehingga begitu asyik untuk diikuti.

Disini juga tertulis tentang orang-orang Tempo yang telah tiada, lengkap dengan foto dan cerita bagaimana mereka pergi. Salah satunya yakni Ahmad Wahib, aktivis yang juga penulis “Catatan Harian Pergolakan Islam”. Memang, Tempo telah melahirkan dan menempa begitu banyak tokoh yang tak biasa. Sebut saja Dahlan Iskan (kini Menteri BUMN), Karni Ilyas (kini Pemimpin Redaksi TvOne) dan lain-lain.

Secara keseluruhan, buku ini merupakan bentuk lain dari buku ilmu jurnalistik yang telah banyak beredar di pasaran. Buku ini tak menggurui, namun banyak memberi ilmu. Tak merentet prestasi, namun mampu memunculkan decak kagum bagi mereka penggelut dunia jurnalistik. Lewat pengalaman mereka, baik secara lembaga atau personal, Tempo mengajari bagaimana seharusnya seorang jurnalis bersikap, bagaimana seorang jurnalis menulis, membidik berita maupun gambar, dan sebagainya. Prinsip-prinsip itulah yang menjadi material dari tiang konsistensi mereka hingga mampu berdiri, bahkan berkembang seperti sekarang ini.

Senin, 09 Juli 2012

Mahasiswa Polines Tampil di Ajang UNESCO


Syahadah Rizka Anefi, mahasiswa Teknik Elektro Polines terpilih menjadi lima peserta terbaik dalam kegiatan Rio +20: My Idea for Sustainable Lifestyle (MISL).  Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) regional Asia Tenggara, Connect Asia dan Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti) Jakarta, menjelang acara Konferensi Rio +20 di Rio Dejaneiro, Brazil pada 22 Juni 2012. Kamis, (14/6) yang lalu ia dan empat peserta lainnya mempresentasikan karya masing-masing berupa video melalui teleconference. Teleconference tersebut menghubungkan setiap peserta di universitas masing-masing dengan panitia penyelenggara di kantor pusat  Dikti, Senayan,  Jakarta. Empat peserta lainnya berasal dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Brawijaya (Unbraw), Universitas Presiden Jakarta, dan Universitas Parahyangan.
Tidak seperti universitas lain yang mengunakan fasilitas teleconference yang baik, Polines hanya melakukan teleconference dengan sistem Skype. Sebenarnya pihak Polines sudah memiliki ruangan dan fasilitas teleconference yang lengkap, namun sayangnya fasilitas tersebut tidak bisa digunakan karena dalam kondisi rusak akibat hampir tiga tahun tidak digunakan. Oleh karena itu pihak Informasi dan Teknologi (IT) Polines memberi kebijakan untuk menggunakan teknologi Skype. Jaringan Skype ini telah diuji coba dengan pihak Dikti Jakarta pada Selasa (12/06).
Dalam presentasi yang berlangsung kira-kira sepuluh menit itu Rizka menjelaskan latar belakang pembuatan video serta harapannya kedepan tentang Sustainable Lifestyle. Video berdurasi tiga menit empat puluh satu detik tersebut berisi hal-hal kecil tentang gaya hidup sehat yang dilakukan secara berkelanjutan. Diantara gaya hidup tersebut adalah dengan bersepeda, membiasakan minum dari tempat minum sendiri, memisahkan sampah organik dan non organik dan masih banyak lagi. Melalui video itu ia ingin mengajak masyarakat khususnya anak-anak muda untuk melakukan gaya hidup sehat secara berkelanjutan. Mahasiswi asal Madiun ini meyakini bahwa hal-hal kecil tersebut dapat menyelamatkan lingkungan dan bumi sebagai warisan untuk generasi mendatang. Selain itu ia juga menginginkan pemanfaatan kembali kendaraan tradisional yang ramah lingkungan yang belakangan mulai ditinggalkan. Selain menjelaskan karyanya, dalam presentasi tersebut ia juga menerima komentar dan masukan dari pembicara tamu dan penonton. Pembicara tamu tersebut adalah Michele Zaccheo, Director of United Nations Information Centre (UNIC) Jakarta dan Leo Mokodompit, Koordinator UNESCO Youth Desk. Sedangkan penonton adalah para mahasiswa yang berasal dari universitas-universitas yang tergabung dalam UNESCO Youth Desk.
Mahasiswi semester dua ini mengaku bahwa ia cukup kaget dengan prestasi tersebut. “Saya tidak yakin video ini akan lolos, apalagi saya mengirimkannya  pas hari terakhir  pengumpulan,” ungkapnya. Garup Lambang Goro, S.T, M.T selaku Pembantu Direktur III mengungkapkan bahwa ia sangat bangga atas prestasi emas tersebut. “Kami akan terus dukung kreativitas dan inovasi mahasiswa untuk berkiprah di ajang nasional maupun internasional,” ujarnya pada salah satu media cetak, Jumat (15/6) yang lalu.
Lima hari selepas presentasi, kini Rizka tengah menunggu tanggapan selanjutnya dari pihak UNESCO. Berdasarkan info yang ia terima,  ia akan mendapat sertifikat dan marchandise dari panitia yang akan langsung dikirim ke alamatnya. Rizka berharap agar pihak Polines lebih apresiatif terhadap prestasi mahasiswanya. Ia juga berharap agar ada lebih banyak lagi mahasiswa lain yang mengikuti jejaknya. “Do little things to make a big changes for your environment,” pesannya. Terakhir ia mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya pada Hermawan Ivo dan Muh. Anwar yang telah ikut membantunya dalam pembuatan video tersebut.[abr]