Arif Rosyadi A
Teknik Elektro Semester 6
Dramatis, kata itu yang bisa saya ungkapkan untuk mewakili
proses awal pencalonan presiden dan wakil presiden BEM. Posisi yang seharusnya
cukup prestis di mata mahasiswa pada umumnya. Namun apakah hal ini sesuai denga
fakta yang ada? Bagi saya yang bukan bagian dari kepengurusan BEM, sering kali
bertanya apa sebenarnya itu BEM? apa fungsi mereka? Jauh sebelumnya ketika saya
masih duduk di bangku sekolah, yang tergambar dari BEM adalah sekelompok
mahasiswa yang aktif membuat forum-forum diskusi sosial dan politik yang isinya
membahas permasalahan bangsa, mencari solusi dan merealisasikannya. Namun
gambaran itu kini lenyap dengan realita yang saya lihat sekarang, tak ada yang
namanya forum diskusi sosial politik mahasiswa, tidak ada yang bersuara lantang
mengomentari kenaikan harga BBM per 1 April 2012. Mungkin itu terjadi karena kita tenggelam
dalam tugas-tugas akademik dan padatnya aktifitas perkuliahan Polines yang
terkenal sukses membentuk Tenaga Ahli berkualitas bagi dunia industri.
“Orientasi kegiatan BEM menurut Garis Besar Haluan
Organisasi (GBHO) Polines adalah sebagai badan pelaksana fungsi kontrol
terhadap pemerintahan dan kebijakan sosial serta memperjuangkan penyaluran
aspirasi mahasiswa dan melakukan kegiatan yang mengangkat nama baik Polines”. Sudahkah
itu tercermin?
Ormawa POLINES sungguh kaya dan beraneka ragam mewakili
tiap-tiap hasrat hobi dan ketertarikan mahasiswa akan berbagai bidang. Tercatat
banyak sekali event skala Jateng-DIY maupun nasional yang diadakan
masing-masing UKM maupun HMJ, namun hanya sedikit sekali yang bersinergi dan
terintegrasi. Riuh rendah peserta yang ada, terasa mungil dibanding suara canda
panitia. Menurut saya, sudah menjadi tugas BEM untuk bisa menjadikan semua
keramaian ini menjadi satu, menjadikan micro event ini menjadi mega event.
Terkomposisi atas UKM yang berbeda namun punya satu tujuan yang sejauh ini saya
anggap sama yakni memperkenalkan Polines pada masya-rakat luas, memberikan
citra positif dan nama baik bagi Polines dikancah Regional dan Nasional. Mengutip
pernyataan PD 3 yang kurang lebih isinya adalah “Jangan biarkan UKM membuat
kita terkotak-kotak”. Untuk bisa mewujudkan itu lembaga yang berwenang perlu
keluar dari persembunyiannya, muncul dengan gagah dengan kalimat-kalimatnya
yang instruktif. Dengan gagasan-gagasannya yang akan membangunkan mereka yang
terlelap. Membongkar paksa kotak itu dan membiarkan isinya saling terhubung
dengan kotak-kotak yang lain.
Sebagai salah satu lembaga eksekutif, BEM hendaknya bisa
menekan dan mengarahkan UKM, HMJ, maupun mahasiswa untuk bisa menjadi lebih
baik, dengan cara turun melihat dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka yang
ada serta memberikan solusi yang mencerahkan. Sembari menunggu mandatnya
dicabut alangkah bijaknya jika kita mengevaluasi kepengurusan yang ada,
sudahkah BEM berjalan pada rel yang benar? Sudahkah dia berjalan sebagai mana
mestinya? Tidak ada yang sempurna, akan menjadi sangat berharga ketika kita mau
mengakui dan berusaha memperbaiki kekurangan yang ada.
Presma yang baru akan segera mengemban tugas, untuk tidak
mengekor kekurangan. Ia harus bisa mencontoh segala
kebaikkan yang dihasilkan dan membuang jauh-jauh kekurangan yang ada. Demi
membawa perubahan dan kemajuan bagi
Polines, baik itu untuk ormawa maupun Mahasiswa secara luas. Dan demi
menegakkan kata yang selalu membakar semangat mahasiswa POLINES : “JAYA!” tetap
ada dibelakang almamater kita.
0 komentar:
Posting Komentar