Selasa, 05 April 2011

Pembela Rakyat yang Tertidur

Oleh Bela Jannahti
Mahasiswa Semester I Jurusan Konversi Energi

Siapa yang tak mengenal Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta? Atau mungkin Soekarni, Wikana, serta Chairul Shaleh? Ya, mereka adalah sebagian dari para tokoh yang mempunyai andil besar dalam membebaskan bangsa kita dari cengkraman penjajah. Sejak masih muda, mereka sudah memulai perjuangan dan usaha untuk merebut kedaulatan Indonesia dari tangan penjajah. Dari pemuda-pemuda itulah kemerdekaan Indonesia berhasil diraih.
Begitu hebatnya kekuatan yang ditimbulkan oleh segelintir pemuda dengan semangat yang meletup-letup. Sudah banyak perubahan di negeri kita ini yang dibawa oleh pergerakan pemuda, terutama mahasiswa. Seperti pada masa pergerakan nasional, muncul banyak organisasi kepemudaan yang bersifat kedaerahan, terselenggaranya sumpah pemuda, dan tak lupa pula pergerakan mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Belanda. Runtuhnya orde baru juga tak lepas dari peranan mahasiswa. Sejarah telah mencatat berbagai perubahan yang diperjuangkan oleh mahasiswa. Tak heran jika kemudian mahasiswa disebut sebagai agent of change. Mahasiswa juga memiliki peran sebagai social control, yaitu peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Tak hanya itu, mahasiswa juga memiliki peran iron stock dalam perubahan di negeri ini, yakni mahasiswa sebagai aset atau cadangan sebagai pemimpin masa depan.
Ketiga peran itu dapat muncul karena mahasiswa memiliki sifat kritis. Dengan sifat kritis yang dimiliki mahasiswa, diharapkan akan muncul ide-ide solutif, kreatif dan konstruktif yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. Tak salah apabila masyarakat memiliki perspektif bahwa mahasiswa itu hebat. Karena di tangan para mahasiswa lah tergenggam arah bangsa.
Namun kenyataan yang kita hadapi saat ini jauh sekali dari bayangan diatas. Sifat kritis bukan lagi sesuatu yang identik dengan mahasiswa. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa mahasiswa sekarang ini tak banyak yang peduli akan lingkungan dan keadaan bangsanya. Mahasiswa didoktrin hanya untuk memikirkan masa depannya, untuk memikirkan kesejahteraannya sendiri dan keluarganya, tanpa memikirkan nasib bangsa.
Mindset mahasiswa terdahulu dengan mahasiswa sekarang sangat berbeda. Sangat sedikit mahasiswa yang masih berkeinginan untuk membela rakyat, menegakkan nilai-nilai demokrasi dan memperjuangkan keadilan. Kebanyakan mahasiswa saat ini lebih sibuk mengejar Indeks Prestasi(IP) setinggi-tingginya, dengan harapan akan memperoleh pekerjaan yang diinginkan dengan gaji banyak. Hal itu lah yang menyebabkan mahasiswa menjadi kurang peka akan lingkungannya, akan isu-isu penting yang sebenarnya sangat membutuhkan suara-suara yang kritis dan konstruktif dari para mahasiswa sebagai social control. Idealisme mahasiswa seolah dininabobokan oleh impian kehidupan mapan di masa depan, dan diselimuti oleh ketakutan akan sulitnya mencari pekerjaan di masa mendatang.
Padahal sesungguhnya, negeri kita ini haus akan perubahan. Pergerakan mahasiswa yang bisa membawa angin segar bagi bangsa sangat dinantikan oleh rakyat Indonesia. Karena mahasiswa berasal dari rakyat, diharapkan mahasiswa mampu membela dan memperjuangkan nasib rakyat. Tak ada yang perlu kita takutkan selama kita berpegang teguh pada prinsip dan memperjuangkan apa yang seharusnya kita perjuangkan. Semoga saja para pembela rakyat ini segera terbangun dari tidurnya.

1 komentar:

Posting Komentar