Kamis, 12 Mei 2011

Ketika Aktualisasi Pers Mahasiswa (mulai) Diperhitungkan


Oleh: Firdaus Setio Nugroho

Pemimpin Umum LPM DIMENSI Periode 2010 / 2011





Pers Mahasiswa (persma) atau yang biasa disebut sebagai pers kampus adalah sebagian kecil dari pers media yang kian menjamur. Pers kampus yang ditangguhkan sebagai pers alternatif menjadi semakin rancu fungsinya di akhir-akhir periode ini. Pers kampus berfungsi sebagai pers pergerakan, malah beralih fungsi menjadi pers akademis yang hanya mengkritisi masalah birokrasi kampus saja tanpa mempedulikan isu global yang sedang menjangkit masyarakat umum.

Permasalahan klasik yang sering diperbincangkan rekan-rekan persma adalah persoalan lembaga kita yang berdiri di dalam kampus, dan diharuskan menjadi kontrol sosial kampus. Hingga analisis tentang isu social jarang tersentil dari balik meja redaksi. Diharapkan nilai alternatif pers kampus nantinya juga akan sejalan dengan fungsi mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change). Aktivis mahasiswa melakukan perubahan dengan berbagai aksi protesnya, akan tetapi aktivis pers mahasiswa melakukan perubahan lewat tulisannya, dari apa yang diangkatnya. Sudah barang tentu tulisan yang dihasilkan harus memberikan kritik solutif, dengan rentetan solusi, jadi tak sebatas hujatan semata.

Pers Kampus menulis untuk memperjuangkan sebuah idealisme kampus, kepentingan masyarakat, dan mengungkap fakta, dan keadilan. Mahasiswa semestinya tidak terus-terusan dicekoki dengan media infotainment saja, tapi juga diselingi dengan wacana kritis yang bisa mengubah pola pikir menjadi lebih intelektual. Sehingga generasi yang akan muncul adalah generasi yang peduli dengan keadaan isu global.

Melihat kemungkinan yang ada, pers kampus berpeluang untuk dapat maju dan berkembang pesat mengalahkan media pers umum. Dengan jurnalisme kampus yang kredibel, akuntabel dan tetap dalam idealis medianya masing-masing, pers kampus bisa menjadi media perjuangan untuk kebenaran dan keadilan.

Kendala Pers Kampus

Kampus identik dengan perkuliahan, kendala umum yang sering terjadi adalah ketatnya jam perkuliahan yang menyebabkan jurnalis kampus harus siap ditantang pintar membagi kesibukan.Semakin sulit lagi keadaannya jika kita dihadapkan pada masalah pilihan. Kita harus memilih apa yang harus kita kerjakan terlebih dahulu, tugas kuliah atau deadline liputan.

Permasalahan produk layak jual pun sempat terbesit. Produk seperti apakah yang akan dicetak di pers mahasiswa. Pangsa pasar utama adalah mahasiswa. Mau mengangkat wacana tentang kampus untuk laporan utama atau memilih isu nasional untuk menjadi laporan utama. Namun yang perlu diingat, jangan sampai media kampus menjadi seperti koran kuning yang menampilkan berita-berita sensasi untuk menjadi barang dagangan.

Persoalan utama yang sering terjadi pada pers kampus adalah pendanaan. Penyebabnya adalah ketergantungan sebagian besar lembaga pers kampus pada dana subsidi produk yang dihasilkan. Ketergantungan pers kampus pada dana subsidi, mengakibatkan keterbatasan reporter kampus untuk bertindak kritis. Maka jika isi produk yang dihasilkan pers kampus terasa membosankan, itu karena reporter kampus yang kehilangan daya kritisnya dan ruang gerak mereka yang masih dipagari oleh institusi.

Masalah regenerasi pers kampus ikut mencuat beriringan dengan permasalahan pendanaan dan keredaksian. Jarang ada anggota pers kampus yang bisa bertahan lama bernaung dalam jurnalisme kampus. Ini yang masih diperbincangkan dan dicarikan solusinya. Apakah permasalahan ada pada sistem regenerasi di bawah divisi litbang, kejenuhan reporter yang terus-terusan dikejar deadline, kepenatan karena seorang jurnalis dituntut untuk berpikir kritis, ataukah permasalahan lain yang membuat jenuh berada di lembaga pers mahasiswa.Ironis jika nanti pers kampus akan mati karena tidak ada regenerasi, berita yang membosankan, dan macet di pendanaan. Padahal pers kampus adalah sarana yang bagus untuk melengkapi fungsi mahasiswa sebagai agent of change. [ ]

0 komentar:

Posting Komentar