Kamis, 01 Juli 2010

Video Hot Artis Dapat Tempat di Hati Warga

oleh Milla Himmatuz Zahra
Mahasiswi Semester IV Jurusan Akuntansi

Akhir - akhir ini dibeberapa media, selalu menyoroti video “mesum” mirip artis Ariel, Luna Maya dan Cut Tari. Penyebarluasan video ini tak ayal mengundang banyak reaksi dari berbagai kalangan. Mulai dari lembaga Komnas Perlindungan Anak, kalangan sesama artis, dan masyarakat umum. Tak kalah menariknya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono angkat bicara mengenai kasus ini meski dengan komentar yang agak “nyleneh”.
Respon masyarakat pun beragam tentang video tersebut. Banyak yang mencaci maki, mengungkapkan kekecewaan, namun ada juga yang masih memujanya. Ironisnya, dampak dari pemberitaan yang terlalu diekspose secara detail mengakibatkan masyarakat menjadi semakin penasaran. Alhasil mereka pun tertarik untuk mencarinya itu dan ingin memastikan kebenaran pelaku dalam video ini. Parahnya, banyak kasus pemerkosaan yang dilakukan setelah menyaksikan video tak seronoh itu.

Dramatisnya, dari kasus video “mesum” mirip artis ini seolah mengalihkan kasus-kasus besar yang sedang melanda bangsa Indonesia. Lihat saja, kasus bailout Bank Century dan pilihan Pimpinan KPK yang dianulir terdapat banyak “kongkalikong”. Pak Polisi yang ditugaskan menjadi penyidik atas kasus video hot mirip artis ini mendadak menjadi wira-wiri di layar kaca. Menjadi penyidik artis, bukan berarti ikut-ikutan “ngartis” bukan?

Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi yang telah disahkan beberapa waktu silam sepertinya sudah cukup untuk meminimalisir opini yang berkembang di masyarakkat. Tak perlu masyarakat ikut heboh dengan ramai-ramai “menguber” video hot tersebut dan ikut berdemo memenuhi jalanan.

Apalagi kemarin sempat beredar isu jika si pelaku yang sudah berlabel “tersangka” akan segera dibebaskan. Karena apa yang mereka lakukan adalah atas dasar suka sama suka, bukan dalam kategori pemerkosaan. Dasar yang seperti ini tak bisa dikategorikan tindak pidana di Indonesia--katanya. Masyarakat ribut lagi, televisi ramai lagi.

Sudahlah, tak perlu mengolok orang yang belum tentu lebih buruk dari si pengolok. Tetap duduk manis, awasi anak dari unduhan situs porno, dan beri tauladan bijak. Mereka telah cukup terhakimi dengan pengadilan Negeri ini, jangan tambahi dengan pencekalan sana-sini. Sungguh mental dan karakter yang benar-benar telah terbunuh. Aduhai,, rumitnya Negeri ini.

0 komentar:

Posting Komentar