Kamis, 01 Juli 2010

Agus Rochadi, “Wong Bejo lan Pinter”

Pria bernama lengkap Agus Rochadi ini lahir di Semarang 27 Agustus 1960. Dia adalah pem-“babat alas” di Politeknik Negeri Semarang. Kini beliau sebagai staf edukasi Jurusan Teknik Elektro yaitu Dosen Digital. Beliau mengaku termasuk dalam kategori “wong bejo”. “Kalau orang bejo itu cuma bejo satu kali, tapi saya berkali-kali,” ungkapnya sambil terbahak.

Disiplin adalah kunci kesuksesannya. Sebelum beliau mengajar di Polines, pendidikan di dapatnya di Sekolah Tingkat Menengah Pembangunan (STMB) atau yang biasa disebut STM 7 Semarang. Namun karena ke-bejo-annya inilah sebelum beliau menamatkan pendidikan di STMB, beliau sudah mengajar di Politeknik. Setelah itu melanjutkan S1 di ITS Surabaya pada tahun 1989, serta mengambil S2 di Universitas Krisna Dwipayana tahun 2006 tanpa modal.

Hal tersebut beliau dapatkan dari pengalaman di lapangan. Terbukti beliau melaksanakan paguyuban di lingkungannya, dari situlah terbentuk program, yaitu arisan motor. Berkat kegiatan yang bermanfaat itu, banyak jejaring yang asas manfaatnya luar biasa.

“Dari arisan itu saya banyak teman, maka saya jadikan saja tesis. Nah supaya ilmu yang didapat itu bermanfaat harus di estafetkan,” lanjutnya. Banyak pengalaman yang beliau dapatkan, oleh karena itu beliau menerapkan “Experience is the best teacher”.

Ada empat prinsip yang beliau terapkan agar tercapai sukses yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas. Meski umurnya sudah setengah abad, beliau tetap aktif dalam berbagai kegiatan, mulai dari mengajar hingga kegiatan sosial. Kini hampir 70 persen dihabiskan untuk kegiatan sosial. Salah satunya adalah dengan mendirikan sekolah bagi kaum dhuafa di Gunung Pati, yaitu Nurul Barqi yang sudah mulai dibangun dan sudah dipakai.

Karena kepintarannya beliau pun pernah menjadi bintang iklan produk kendaraan beroda dua, Honda. Hal tersebut karena beliau ingin mengangkat adanya produk-produk yang dibajak oleh Cina. Beliau berharap agar lembaga bisa lebih peka terhadap suatu perubahan, tak terkecuali Polines. Selain itu, beliau berharap agar Polines tidak hanya mengembangkan intelektualnya saja tetapi juga mengembangkan potensi kampus.

“Saya harap tepat waktu, tepat ukuran, dan tepat aturan yang tertera pada mobil APV Polines tidak ada tambahannya lagi yaitu tepat awuran,” tutupnya dengan senyuman. (yy_03, sdiq)

0 komentar:

Posting Komentar